EraNusantara – Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, baru-baru ini mengungkapkan beban berat yang tengah ditanggung industri penerbangan nasional. Dalam sebuah konferensi di Jakarta, Wamildan secara blak-blakan menceritakan tantangan yang dihadapi maskapai, bukan hanya Garuda Indonesia, melainkan seluruh dunia. Fluktuasi nilai tukar, lonjakan harga avtur, disrupsi rantai pasok, dan kendala ketersediaan armada menjadi momok menakutkan yang menggerus profitabilitas. "Tekanannya luar biasa, bukan hanya di Indonesia, tapi global," tegas Wamildan.
Kondisi ini, menurut Wamildan, membuat bisnis penerbangan semakin sulit dijalankan. Ia bahkan menyinggung perbandingan dengan maskapai asing seperti Singapore Airlines, menunjukkan adanya kesenjangan yang perlu diatasi. "Sering kami ditanya, kenapa Garuda tak bisa seperti Singapore Airlines? Pertanyaan ini menjadi tantangan bagi kami," ujarnya.

Wamildan pun berharap pemerintah dapat memberikan perhatian serius dan solusi konkret untuk meringankan beban industri penerbangan. Stimulus dan dukungan pemerintah dinilai krusial untuk meningkatkan daya saing maskapai Indonesia di kancah internasional. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan ini.
Garuda Indonesia, sebagai maskapai penerbangan nasional, tetap berkomitmen untuk meningkatkan konektivitas antar pulau. Target ambisius pun dipatok: meningkatkan pangsa pasar domestik dari 30% menjadi 50% dalam lima tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut, Garuda berencana menambah lebih dari 20 pesawat baru dalam periode yang sama.
"Ini komitmen kami untuk Indonesia," pungkas Wamildan, menunjukkan tekad Garuda untuk tetap berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Namun, tantangan berat yang dihadapi industri penerbangan menuntut perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan.
Editor: Rockdisc