EraNusantara – Pengakuan mengejutkan datang dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Ia membongkar praktik curang beredarnya beras oplosan di minimarket dan supermarket ternama di Indonesia. Temuan ini diperoleh setelah Kementerian Pertanian melakukan pengambilan sampel beras secara langsung di berbagai gerai ritel. "Sampel diambil dari berbagai tingkatan, dari minimarket hingga supermarket besar," ungkap Amran kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat.
Lebih mengejutkan lagi, Amran mengungkapkan bahwa praktik ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, mengakibatkan kerugian negara mencapai Rp 10 triliun dalam kurun waktu 5 tahun! Hal ini terungkap setelah tim gabungan Kementerian Pertanian, Satgas Pangan Polri, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) melakukan investigasi lapangan pada penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Hasilnya sangat mengejutkan: dari total SPHP yang diterima outlet, hanya 20% yang dijual sesuai harga standar, sementara 80% sisanya dioplos dan dijual dengan harga premium, dengan selisih harga mencapai Rp 2.000-3.000 per kilogram.

Menanggapi temuan ini, Amran menyatakan bahwa pihak minimarket telah menarik peredaran beras oplosan tersebut. Ia berharap tindakan ini akan memberikan dampak positif bagi konsumen. "Kita lihat ada pergerakan penarikan, dan mudah-mudahan berdampak baik untuk konsumen," tambahnya.
Namun, penarikan beras oplosan dari peredaran tidak menghentikan proses investigasi. Amran menegaskan bahwa bukti-bukti kuat telah dikumpulkan dan diserahkan langsung kepada Kapolri dan Kejaksaan untuk proses hukum lebih lanjut. Sasaran utama penyelidikan adalah produsen besar yang terlibat dalam praktik pengoplosan ini. Amran menekankan bahwa pedagang kecil yang hanya menjual beras tanpa mengetahui kualitasnya akan dilindungi. "Perusahaan besar yang mengoplos harus ditindak tegas, tapi pedagang kecil yang hanya menjual, kita lindungi," tegasnya.
Skandal beras oplosan ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kerugian negara yang fantastis dan praktik curang yang terorganisir menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap rantai pasok beras di Indonesia. Kita berharap proses hukum berjalan dengan adil dan transparan, serta memberikan efek jera bagi pelaku.
Editor: Rockdisc