EraNusantara – Penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Uni Eropa (IEU-CEPA) dan Kanada (ICA-CEPA) diprediksi menjadi angin segar bagi sektor pariwisata tanah air. Akses pasar yang lebih mudah dan peningkatan investasi diharapkan mampu mendongkrak jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Haryo Limanseto, Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kemenko Perekonomian, menjelaskan bahwa kesepakatan ini akan memicu efek domino positif bagi perekonomian Indonesia. Peningkatan transaksi perdagangan barang dan jasa, serta tumbuhnya peluang bisnis dan investasi, akan secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada sektor pariwisata. Kunjungan bisnis dan perdagangan yang meningkat akan membawa serta gelombang wisatawan, memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi wisata unggulan.

"Kedua kesepakatan ini bukan hanya tonggak penting dalam kerja sama ekonomi, tetapi juga membuka jalan lebar bagi pengembangan pariwisata Indonesia. Dampaknya tidak hanya pada jumlah wisatawan, tetapi juga investasi dan peluang usaha baru," ungkap Haryo seperti dikutip eranusantara.co, Minggu (5/10/2025).
Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Jenderal DPP ASITA, Budi Ardiansjah, menyambut baik berbagai kemudahan yang dihasilkan dari kesepakatan ini, termasuk pemberlakuan Visa Cascade oleh Uni Eropa. Pemegang Visa Schengen dengan masa berlaku hingga lima tahun akan semakin mudah melakukan perjalanan wisata maupun bisnis ke Eropa.
Budi berharap kemudahan serupa juga dapat diberikan oleh Kanada, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dari kedua negara. Ia juga menekankan pentingnya asas resiprokal, di mana kemudahan yang diberikan Indonesia kepada mitra dagang utama harus diimbangi dengan kebijakan serupa. Hal ini diharapkan dapat mendorong peningkatan arus wisatawan mancanegara ke Indonesia untuk berbagai tujuan, mulai dari wisata, bisnis, hingga investasi.
"Saya percaya bahwa pariwisata akan menciptakan hal-hal besar lainnya. Investasi seringkali masuk setelah investor melakukan perjalanan wisata, terpukau oleh keindahan Indonesia, dan menyadari adanya peluang," ujar Budi.
Menurutnya, keberhasilan implementasi kedua kesepakatan ini tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kolaborasi erat dengan pelaku usaha pariwisata Indonesia, serta mitra usaha di Eropa dan Kanada. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas jaringan, memperkuat promosi, dan menghadirkan peluang investasi baru di berbagai destinasi wisata Indonesia.
"Kita berharap lebih banyak dilibatkan, terutama dalam pertemuan antara pelaku usaha pariwisata dari berbagai negara. Ini harus dipertemukan melalui tabletop atau business matching, sebanyak mungkin. Ini adalah cara mendekatkan business to business, agar peluang yang sudah dibuka dapat langsung dirasakan," tambah Budi.
Editor: Rockdisc