EraNusantara – Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan data inflasi Maret yang cukup mengejutkan. Angka inflasi bulanan (mtm) mencapai 1,65%, sementara inflasi tahunan (yoy) tercatat 1,03%. Inflasi sepanjang tahun kalender (ytd) pun mencapai 0,39%. Kenaikan ini tentu menjadi perhatian serius, mengingat angka tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Hal ini diungkapkan langsung oleh Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Selasa (8/5/2025).
Habibullah menjelaskan, lonjakan inflasi Maret didorong oleh beberapa faktor. Salah satu penyumbang terbesar adalah kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 8,45% dan berkontribusi sebesar 1,18% terhadap inflasi keseluruhan. Artinya, kenaikan tarif listrik menjadi faktor utama yang membuat harga-harga merangkak naik.

Lebih rinci, Habibullah memaparkan komoditas-komoditas yang paling signifikan mendorong inflasi. Tarif listrik menjadi "biang keladi" dengan andil inflasi sebesar 1,18%. Selain itu, bawang merah (0,11%), cabai rawit (0,06%), dan emas perhiasan (0,05%) juga turut berkontribusi terhadap kenaikan harga. Daging ayam ras pun ikut menyumbang, meski dengan andil yang lebih kecil (0,03%).
Kenaikan harga-harga ini tentu berdampak pada daya beli masyarakat. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi agar tidak semakin menekan kondisi keuangan masyarakat. Pemantauan harga komoditas dan kebijakan yang tepat sasaran menjadi kunci untuk mengatasi permasalahan ini. Masyarakat pun diharapkan tetap bijak dalam mengelola keuangan di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Editor: Rockdisc