EraNusantara – Indonesia kehilangan peluang investasi fantastis senilai Rp 2.000 triliun pada tahun 2024. Angka ini disampaikan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, dan menjadi sorotan tajam Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Kepatuhan dan Etika Bisnis, Haryara Tambunan. Kegagalan ini bukan sekadar angka, melainkan pukulan telak bagi target investasi pemerintah sebesar Rp 13.000 triliun dalam lima tahun mendatang. Apa yang sebenarnya terjadi?
Haryara Tambunan menekankan perlunya reformasi sistem dan birokrasi yang lebih efektif. Menurutnya, percepatan proses, efisiensi, jaminan hukum yang kuat, dan transparansi mutlak diperlukan untuk menarik investor dan menjaga kepercayaan dunia internasional. Kegagalan investasi Rp 2.000 triliun ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera berbenah.

"Kegagalan ini menjadi pelajaran berharga," ujar Haryara melalui keterangan tertulis pada Sabtu (05/07/2025). "Bersama KADIN, kami akan menampung aspirasi para investor, merumuskan solusi percepatan investasi, dan melaporkannya kepada pemerintah."
Haryara juga menyoroti pentingnya regulasi yang sederhana dan efisien untuk mengelola potensi ekonomi Indonesia yang besar. Hal ini dinilai krusial untuk menciptakan iklim ekonomi yang lebih baik dan membuka lapangan kerja baru guna menekan angka pengangguran yang terus meningkat.
"Angka pengangguran kita semakin tinggi," tambahnya. "KADIN akan berupaya merumuskan solusi yang mudah dan efisien untuk diusulkan kepada pemerintah, khususnya untuk mendorong industri padat karya yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja."
Kolaborasi antara KADIN dan pemerintah menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. Langkah konkret dan terukur dibutuhkan untuk memperbaiki iklim investasi dan mencegah terulangnya kegagalan investasi skala besar di masa depan. Pertanyaannya, mampukah pemerintah dan KADIN mengatasi tantangan ini dan mencapai target investasi yang ambisius? Keberhasilannya akan menentukan masa depan perekonomian Indonesia.
Editor: Rockdisc