EraNusantara – Media internasional, Al Jazeera, baru-baru ini menyoroti permasalahan serius yang tengah melanda Indonesia: tingginya angka pengangguran, khususnya di kalangan anak muda. Laporan tersebut mengungkap fakta mengejutkan bahwa Indonesia memiliki salah satu tingkat pengangguran pemuda tertinggi di Asia, bahkan lebih dari dua kali lipat dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Lebih dari 16% dari 44 juta Gen Z Indonesia kini menganggur.
Data yang dikutip eranusantara.co dari Al Jazeera menunjukkan kecemasan yang mendalam di kalangan generasi muda Indonesia. Survei ISEAS-Yusof Ishak Institute pada Januari lalu mengungkapkan bahwa optimisme anak muda Indonesia terhadap perekonomian dan pemerintahan jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Hanya sekitar 58% yang optimis, jauh di bawah rata-rata 75% di enam negara yang disurvei. Kecemasan ini bahkan sempat memuncak dalam aksi protes mahasiswa yang menamakan gerakan mereka "Indonesia Gelap" pada bulan Februari lalu.

Para ekonom menilai, sejumlah faktor berkontribusi pada permasalahan ini. Adinova Fauri dari CSIS Jakarta menunjuk pada regulasi ketenagakerjaan yang kaku dan upah rendah sebagai penyebab utama. "Banyak yang memilih untuk tidak bekerja daripada menerima gaji di bawah ekspektasi," ujarnya. Deniey Adi Purwanto dari IPB University menambahkan, dominasi sektor informal dengan produktivitas rendah dan minimnya perlindungan sosial juga menjadi masalah besar. Lebih dari separuh tenaga kerja Indonesia (56% menurut BPS tahun 2024) berada di sektor informal, meninggalkan jutaan pekerja dalam kondisi rentan.
Ketimpangan antara jumlah pencari kerja dan lapangan kerja semakin diperparah oleh tingginya jumlah lulusan SMA dan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Purwanto juga menyoroti kurangnya pelatihan vokasional dan program magang yang efektif dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia. Ketimpangan antarwilayah juga menjadi penghambat, terutama bagi anak muda di daerah terpencil yang kesulitan mengakses pekerjaan layak di luar Pulau Jawa.
Kisah Andreas Hutapea, seorang sarjana hukum, menjadi gambaran nyata dari kesulitan mencari pekerjaan di Indonesia. Setelah gagal dalam seleksi CPNS dan calon jaksa, Andreas kini membantu orang tuanya di toko kelontong. Meskipun memiliki gelar sarjana dan ambisi besar, ia menghadapi keterbatasan peluang kerja dan terpaksa menerima pekerjaan sampingan sebagai teknisi pemasangan sistem suara. Kisah Andreas menggambarkan perjuangan berat generasi muda Indonesia dalam menghadapi realita pasar kerja yang kompetitif dan penuh tantangan.
Permasalahan pengangguran di Indonesia bukan hanya sekadar angka statistik, melainkan krisis kemanusiaan yang membutuhkan solusi komprehensif dan terintegrasi. Pemerintah perlu melakukan reformasi regulasi ketenagakerjaan, meningkatkan investasi di sektor formal, dan mengembangkan program pelatihan vokasional yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Editor: Rockdisc