EraNusantara – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang pada Februari 2025. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) justru mengklaim kondisi lapangan kerja Indonesia tetap tangguh di tengah tantangan ekonomi global. Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi lapangan kerja Indonesia yang sebenarnya? Mari kita telusuri lebih dalam.
Kemnaker memang melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2025 mencapai 4,76%, angka terendah sejak krisis 1998. Jumlah orang yang bekerja juga bertambah 3,59 juta orang. Proporsi pekerja penuh meningkat, sementara tingkat setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu menurun. Penciptaan lapangan kerja juga terjadi di hampir semua sektor ekonomi, terutama perdagangan (980 ribu orang), pertanian (890 ribu orang), dan industri pengolahan (720 ribu orang). Subsektor industri alas kaki, makanan kecil, dan komponen sepeda motor menjadi penyumbang terbesar di sektor industri pengolahan.

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menyebut capaian ini sebagai cerminan kekuatan kebijakan ketenagakerjaan lintas kementerian dan lembaga. Ia mengakui tantangan ekonomi global dan perang tarif tetap menjadi perhatian serius. Kemnaker pun akan terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan daya saing angkatan kerja.
Namun, data BPS menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran sebesar 83.45 ribu orang (1,11%) dibandingkan Februari 2024. Meskipun TPT menurun, peningkatan jumlah pengangguran tetap menjadi perhatian. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) memang meningkat menjadi 70,60%, namun disparitas antara TPAK laki-laki (84,34%) dan perempuan (56,70%) masih signifikan. Total penduduk usia kerja mencapai 216,79 juta orang, dengan 153,05 juta orang masuk angkatan kerja dan 63,74 juta orang bukan angkatan kerja.
Pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan menjadi tiga lapangan usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbesar. Perdagangan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja terbanyak (0,98 juta orang), diikuti pertanian (0,89 juta orang) dan industri pengolahan (0,72 juta orang).
Kesimpulannya, meskipun ada peningkatan jumlah lapangan kerja dan penurunan TPT, angka pengangguran yang masih tinggi dan disparitas gender dalam partisipasi angkatan kerja menjadi tantangan yang perlu ditangani serius oleh pemerintah. Klaim mengenai ketangguhan ekonomi Indonesia perlu dikaji lebih mendalam dan diimbangi dengan upaya nyata untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih berkualitas dan inklusif.
Editor: Rockdisc