EraNusantara – Bio Farma, perusahaan farmasi pelat merah, tengah gencar melobi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk mendapatkan suntikan modal negara (PMN) senilai Rp 2,21 triliun. Langkah ini diambil setelah pengajuan PMN sebelumnya dilakukan secara langsung kepada pemerintah. Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, mengungkapkan hal tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI. Ia mengakui keterbatasan modal kerja perusahaan menjadi alasan utama pendekatan intensif kepada Danantara.
Keterbatasan modal kerja ini menjadi kendala bagi Bio Farma dalam mengembangkan beberapa produk vaksin unggulan, seperti vaksin rotavirus, vaksin tifoid suntik (TVC), dan vaksin hexavalent. Shadiq menjelaskan bahwa dana PMN yang diharapkan akan digunakan untuk membangun sarana produksi baru, termasuk bangunan, alat, dan mesin, guna meningkatkan kapasitas produksi vaksin hingga mencapai 1 miliar dosis per tahun. Rinciannya meliputi 700 juta dosis bahan baku (drug substance) dan 300 juta dosis produk jadi (drug product).

Selain fokus pada pengembangan vaksin, Bio Farma juga tengah menjalankan program restrukturisasi finansial dan reorientasi bisnis yang lebih efisien. Dalam jangka menengah (2025-2029), perusahaan berencana memperkuat portofolio bisnis farmasi dengan menghadirkan produk-produk baru dan memperkuat integrasi dengan ekosistem kesehatan nasional. Digitalisasi juga menjadi bagian penting dari strategi perusahaan ke depan.
Shadiq menegaskan komitmen Bio Farma untuk tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam program kesehatan nasional dan global. Proses restrukturisasi yang melibatkan 13 bank diharapkan rampung pada akhir Mei. Keberhasilan Bio Farma mendapatkan suntikan dana dari Danantara akan menjadi kunci bagi pengembangan dan kemajuan industri farmasi nasional.
Editor: Rockdisc